Apakah Sahabat termasuk orang tua yang sering merasa khawatir dengan perubahan sistem pendidikan setiap kali ada pergantian menteri? Rasanya, baru saja kita beradaptasi dengan satu kurikulum, tiba-tiba muncul kebijakan baru yang mengubah cara belajar anak di sekolah. Ganti menteri, ganti kebijakan, ganti kurikulum—ungkapan ini mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita. Tapi, benarkah setiap perubahan kurikulum selalu membawa dampak negatif?
Pada dasarnya, perubahan kurikulum adalah sesuatu yang wajar. Pendidikan harus terus berkembang untuk menyesuaikan dengan kebutuhan zaman, terutama dalam menyiapkan generasi yang lebih siap menghadapi masa depan. Namun, bagi banyak orang tua, perubahan yang terlalu sering justru membingungkan. Apalagi jika kebijakan baru belum sepenuhnya dipahami atau diterapkan dengan baik di lapangan.
Di Indonesia, kita mengenal Kurikulum Merdeka yang digadang-gadang lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan generasi saat ini. Tapi bagaimana dengan negara lain? Apakah mereka juga sering mengubah kurikulum? Sistem pendidikan seperti apa yang mereka gunakan? Mari kita jelajahi bersama bagaimana berbagai negara di dunia merancang kurikulumnya dan apa yang bisa kita pelajari dari mereka.
Kurikulum di Indonesia: Dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka
Setiap kali ada perubahan kurikulum, pasti muncul pertanyaan besar: Kenapa harus diganti lagi? Sebagian orang menganggap perubahan ini terlalu sering, sementara yang lain melihatnya sebagai bagian dari perkembangan sistem pendidikan. Yang jelas, kurikulum memang tidak bisa statis karena dunia pendidikan selalu berkembang mengikuti zaman.
Sejarah Singkat Perubahan Kurikulum di Indonesia
Kalau kita melihat ke belakang, kurikulum di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan. Seperti yang pernah dibahas oleh Home Education Centre, Sebelum Kurikulum Merdeka, kita mengenal Kurikulum 2013 (K-13) yang sebelumnya menggantikan Kurikulum 2006 (KTSP). Kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik dan integrasi beberapa mata pelajaran, seperti IPA dan IPS untuk jenjang SD.
Lalu, datanglah pandemi Covid-19 yang membuat sistem pendidikan kita kewalahan. Saat itu, pemerintah meluncurkan Kurikulum Darurat, yaitu versi yang lebih sederhana dari K-13, supaya pembelajaran tetap bisa berlangsung dengan metode daring. Setelah pandemi mereda, muncullah Kurikulum Merdeka, yang diklaim lebih fleksibel dan berpusat pada kebutuhan siswa.
Keunggulan dan Tantangan Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka disebut-sebut lebih fleksibel karena sekolah dan guru diberi kebebasan lebih dalam menyusun materi pembelajaran. Salah satu yang menarik adalah pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) yang dirancang untuk mengasah keterampilan berpikir kritis dan kreativitas siswa.
Tapi, tidak semua berjalan mulus. Ada beberapa tantangan dalam penerapan kurikulum ini:
- Belum semua guru paham cara mengaplikasikannya – Banyak guru masih terbiasa dengan sistem lama yang lebih terstruktur.
- Tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang cukup – Sekolah dengan fasilitas terbatas mungkin kesulitan menerapkan metode yang lebih mandiri.
- Belum semua orang tua paham konsep baru ini – Ada orang tua yang masih menganggap pembelajaran harus berbasis hafalan, sementara Kurikulum Merdeka lebih menekankan pemahaman konsep.
Fokus Kurikulum Merdeka: Kompetensi dan Profil Pelajar Pancasila
Salah satu ciri khas Kurikulum Merdeka adalah fokusnya pada kompetensi dan pembentukan Profil Pelajar Pancasila. Tujuan akhirnya bukan sekadar membuat anak pintar secara akademik, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, seperti berpikir kritis, mandiri, dan berakhlak mulia.
Pada akhirnya, perubahan kurikulum ini punya tujuan baik, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Tapi tentu saja, keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan guru, sekolah, dan orang tua dalam mendukung sistem yang baru ini.
Kurikulum di Amerika Serikat: Tanpa Kurikulum Nasional, Tapi dengan Standar yang Ketat
Mungkin bukan hanya saya saja yang kaget ketika mengetahui bahwa negara maju seperti A.S ternyata tidak punya kurikulum nasional. Faktanya, A.S tidak menerapkan satu kurikulum baku yang berlaku secara nasional. Hal ini bukan tanpa alasan—sejak diberlakukannya Elementary and Secondary Education Act (1965), pemerintah secara eksplisit melarang pembentukan kurikulum nasional. Sebagai gantinya, sistem pendidikan di AS diatur oleh masing-masing negara bagian, distrik sekolah, dan kelompok pendidikan nasional yang menetapkan standar pembelajaran.
Sistem Standar dalam Pendidikan di Amerika Serikat
Meskipun tidak ada kurikulum nasional, pemerintah tetap memiliki standar yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran. Standar ini menentukan apa yang harus dipelajari siswa dalam berbagai mata pelajaran dan jenjang pendidikan. Selain itu, negara bagian juga mengembangkan asesmen berbasis standar untuk mengukur pencapaian sekolah dan siswa.
Beberapa contoh standar pendidikan yang banyak digunakan di Amerika Serikat meliputi:
- Common Core State Standards (CCSS) – Standar akademik yang mencakup bahasa Inggris, matematika, sejarah, geografi, dan sains.
- Next Generation Science Standards (NGSS) – Standar khusus untuk mata pelajaran sains, yang menekankan pendekatan berbasis investigasi dan pemecahan masalah.
- Smarter Balanced Assessment Consortium (SBAC) – Sistem asesmen berbasis standar yang digunakan di beberapa negara bagian untuk mengukur pencapaian siswa.
Siapa yang Mengatur Pendidikan di Amerika Serikat?
Karena tidak ada kurikulum nasional, pengelolaan sistem pendidikan di Amerika Serikat terbagi dalam beberapa tingkat:
✅ Departemen Pendidikan AS – Mengawasi program pendidikan secara nasional, tetapi tidak menetapkan kurikulum.
✅ Dewan Pendidikan Negara Bagian & Distrik Sekolah – Menentukan standar pendidikan untuk masing-masing wilayah.
✅ Dewan Sekolah Lokal – Bertanggung jawab atas implementasi kebijakan pendidikan di tingkat sekolah.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Pendidikan di AS
Selain standar yang ditetapkan oleh negara bagian, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi sistem pendidikan di Amerika Serikat:
📌 Wajib Belajar – Pendidikan bersifat wajib, tetapi usia minimal dan maksimal untuk sekolah bervariasi di setiap negara bagian.
📌 Kebebasan dalam Metode Pengajaran – Karena tidak ada kurikulum nasional, metode pengajaran bisa sangat bervariasi antara satu sekolah dan lainnya.
Meskipun terlihat fleksibel, sistem pendidikan di Amerika Serikat tetap memiliki tantangan tersendiri. Dengan standar yang berbeda di setiap negara bagian, kualitas pendidikan bisa sangat bervariasi tergantung pada lokasi dan kebijakan setempat.
Kurikulum di Jepang: Standardisasi Nasional dengan Fleksibilitas Sekolah
![]() |
Photo by Naomi Shi: https://www.pexels.com/photo/three-toddler-eating-on-white-table-1001914/ |
Pendidikan di Jepang diatur oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (MEXT), yang menetapkan standar pendidikan nasional untuk memastikan keseragaman di seluruh negeri. Kurikulum sekolah diatur dalam Undang-Undang Pendidikan Sekolah, dengan rincian tujuan dan isi pembelajaran dituangkan dalam "Courses of Study."
Meskipun ada standar nasional, setiap sekolah memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan kurikulumnya berdasarkan kebutuhan komunitas dan karakteristik siswa. Sejak tahun 2002 untuk sekolah dasar dan menengah pertama, serta 2003 untuk sekolah menengah atas, Jepang menerapkan kebijakan pendidikan yang berfokus pada pemahaman dasar yang kuat dan pengembangan "zest for living"—kemampuan berpikir mandiri dan kreatif.
Beberapa poin utama dalam pembaruan kurikulum Jepang meliputi:
- Penguatan pemahaman dasar melalui pembelajaran yang lebih mendalam dan selektif.
- Pengayaan pendidikan dengan kursus pilihan untuk mengembangkan kepribadian siswa.
- Peningkatan metode pembelajaran berbasis pengalaman dan pemecahan masalah.
- Penerapan "Integrated Period of Study," yang mendorong siswa belajar secara mandiri dan kreatif.
- Peningkatan pendidikan moral dengan memperkenalkan Kokoro no Noto, buku panduan untuk menanamkan nilai moral dan kesadaran sosial sejak dini.
Untuk meningkatkan kualitas akademik, Jepang juga menerapkan kebijakan seperti kelas berkelompok kecil, proyek percontohan inovatif di sekolah-sekolah, serta program peningkatan keterampilan bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Kurikulum di Finlandia: Fondasi Keberhasilan Sistem Pendidikan Terbaik Dunia
Finlandia dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Keberhasilannya telah menjadi bahan kajian dan inspirasi bagi banyak negara, bahkan dibukukan dalam berbagai literatur pendidikan. Keunggulan pendidikan Finlandia bukan hanya soal hasil akademik yang tinggi, tetapi juga pendekatan pembelajaran yang menekankan kesejahteraan siswa, fleksibilitas, serta peran guru sebagai inovator di dalam kelas.
Salah satu faktor utama di balik kesuksesan ini adalah kurikulum nasional yang terus berkembang mengikuti perubahan zaman. Kurikulum di Finlandia dirancang bukan sekadar sebagai kumpulan materi pelajaran, tetapi sebagai panduan dinamis yang memungkinkan inovasi dan adaptasi di tingkat lokal.
Prinsip Utama Kurikulum Finlandia
Kurikulum inti Finlandia berperan penting dalam pengembangan sekolah dan menjadi alat utama dalam mengelola perubahan pendidikan. Sistem ini dibangun berdasarkan tiga prinsip utama:
- Manajemen Berbasis Tujuan
Kurikulum nasional mengatur tujuan pendidikan yang harus dicapai, sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang dan dokumen kurikulum inti. - Otonomi Pemerintah Daerah
Setiap daerah memiliki kebebasan dalam mengatur dan menyelenggarakan pendidikan dengan membuat kurikulum lokal yang sesuai dengan kebutuhan komunitasnya. - Peran Sentral Guru
Guru di Finlandia tidak hanya mengajar tetapi juga berperan dalam mengembangkan kurikulum berbasis sekolah, menyesuaikannya dengan kebutuhan siswa dan metode pengajaran yang inovatif.
Perjalanan Reformasi Kurikulum di Finlandia
Sistem kurikulum ini masih tergolong baru dan mulai diterapkan sekitar 40 tahun lalu. Sebelum tahun 1970, Finlandia memiliki dua sistem pendidikan paralel yang memisahkan jalur pendidikan anak sejak dini berdasarkan latar belakang sosial-ekonomi mereka. Hal ini menyebabkan kesenjangan dalam kesempatan belajar dan pencapaian akademik.
Puncak perubahan terjadi pada tahun 1968 dengan disahkannya Basic Education Act, yang mengamanatkan bahwa semua anak harus mendapatkan pendidikan dasar yang sama selama sembilan tahun. Reformasi ini mulai diterapkan secara nasional pada tahun 1972 dan sepenuhnya diimplementasikan pada 1976. Sejak saat itu, sistem pendidikan Finlandia terus berkembang menjadi model pendidikan yang inklusif, inovatif, dan berorientasi pada kesejahteraan siswa.
Keberhasilan kurikulum Finlandia menunjukkan bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengejar nilai akademik, tetapi juga membangun sistem yang fleksibel, menghargai peran guru, dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Mengenal Kurikulum di Inggris: Struktur dan Prinsipnya
Ketika membahas pendidikan di Inggris, salah satu hal utama yang perlu dipahami adalah kurikulum nasional. Kurikulum ini menjadi panduan bagi sekolah-sekolah negeri dalam mengajarkan berbagai mata pelajaran dan memastikan semua siswa mendapatkan pendidikan yang setara. Namun, tidak semua sekolah wajib mengikutinya—misalnya, akademi dan sekolah swasta memiliki kebebasan lebih dalam menentukan kurikulumnya sendiri. Meski begitu, mereka tetap harus mengajarkan mata pelajaran inti seperti bahasa Inggris, matematika, dan sains.
Apa Tujuan Kurikulum Nasional di Inggris?
Kurikulum nasional di Inggris dirancang untuk lebih dari sekadar memberi materi pelajaran. Ada beberapa tujuan utama, yaitu:
- Membekali siswa dengan pengetahuan dasar yang penting – Agar mereka siap menjadi warga negara yang berpendidikan dan berwawasan luas.
- Memperkenalkan siswa pada ide-ide besar dan pencapaian budaya – Supaya mereka bisa memahami berbagai konsep penting dalam sejarah, ilmu pengetahuan, seni, dan lain-lain.
- Memberikan kebebasan bagi guru untuk berkreasi dalam mengajar – Meskipun ada standar yang harus dipenuhi, guru tetap bisa mengembangkan metode pengajaran yang menarik dan menyenangkan.
Bagaimana Struktur Kurikulum Nasional di Inggris?
Sistem pendidikan di Inggris dibagi menjadi empat tahap utama atau yang disebut Key Stages:
- Key Stage 1 (KS1) – Untuk siswa usia 5–7 tahun
- Key Stage 2 (KS2) – Untuk siswa usia 7–11 tahun
- Key Stage 3 (KS3) – Untuk siswa usia 11–14 tahun
- Key Stage 4 (KS4) – Untuk siswa usia 14–16 tahun
Dalam kurikulum nasional, mata pelajaran juga dikategorikan menjadi dua kelompok utama:
- Mata Pelajaran Inti: Bahasa Inggris, Matematika, Sains
- Mata Pelajaran Fondasi: Sejarah, Geografi, Seni, Musik, Pendidikan Jasmani, Teknologi, Komputasi, Bahasa Asing, serta Pendidikan Kesehatan dan Hubungan
Sekolah Punya Kebebasan dalam Mengatur Kurikulum
Meskipun ada standar nasional, sekolah tetap memiliki fleksibilitas dalam mengatur bagaimana kurikulum diajarkan. Mereka bisa mengembangkan kegiatan tambahan atau metode pembelajaran yang lebih menarik sesuai kebutuhan siswa.
Kurikulum nasional di Inggris memberikan keseimbangan antara struktur yang jelas dan fleksibilitas bagi guru serta sekolah. Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa tidak hanya menguasai berbagai mata pelajaran tetapi juga tumbuh menjadi individu yang kreatif dan berpikir kritis.
Kurikulum Singapura: Rahasia Pendidikan Berkualitas yang Diminati Siswa Indonesia
Sahabat, sekarang waktunya kita berkenalan dengan kurikulum nasional negara tetangga, Singapura. Yes, Singapura, salah satu negara dengan GDP tertinggi di dunia ini, adalah tujuan belajar banyak siswa Indonesia karena pendidikannya yang memang sangat kuat dan berkualitas.
Bahasa Ras Melayu, Tamil India, dan Cina pun dirangkul di sini, sama seperti Indonesia yang memiliki pelajaran bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa atau Sunda. Kurikulum ini tidak hanya mendorong kemajuan akademik tetapi juga memperhatikan pengembangan karakter, sosial, dan keterampilan praktis yang sangat relevan dengan kebutuhan siswa masa kini
Kurikulum Singapura yang diawasi oleh Kementerian Pendidikan berfokus pada "Desired Outcomes of Education," yang mencakup pengembangan keterampilan hidup, keterampilan pengetahuan, dan pengetahuan dalam disiplin mata pelajaran. Kurikulum ini mengintegrasikan delapan keterampilan inti dan nilai: pengembangan karakter, keterampilan manajemen diri, keterampilan sosial dan kerja sama, literasi dan numerasi, keterampilan komunikasi, keterampilan informasi, keterampilan berpikir dan kreativitas, serta keterampilan aplikasi pengetahuan.
Di sekolah dasar, kurikulum mencakup sepuluh mata pelajaran: Bahasa Inggris, bahasa ibu (untuk siswa yang berbahasa Mandarin, Melayu, atau Tamil), matematika, sains, seni, musik, pendidikan jasmani, studi sosial, serta pendidikan karakter dan kewarganegaraan. Sejak 2019, kelas pemrograman ditambahkan, dan pada 2021, kurikulum pendidikan karakter diperbarui untuk mencakup topik kesehatan mental dan cyber-wellness.
Untuk pendidikan menengah, siswa wajib mengambil Bahasa Inggris, bahasa ibu, matematika, sains, dan humaniora. Siswa di program Normal (Teknis) memiliki mata pelajaran wajib seperti Bahasa Inggris, bahasa ibu, matematika, aplikasi komputer, dan studi sosial, dengan pilihan mata pelajaran tambahan.
Kementerian Pendidikan Singapura sangat terlibat dalam penerapan kurikulum ini, yang beralih dari model pembelajaran hafalan ke model yang lebih menekankan keterlibatan siswa dan kreativitas. Mereka memberikan kesempatan pengembangan profesional untuk guru dan mendorong sekolah untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan siswa.
Evaluasi dan Kualifikasi
Sistem evaluasi di Singapura mengutamakan penilaian berkelanjutan, di mana guru melakukan penilaian informal berdasarkan pekerjaan siswa di dalam dan luar kelas. Sejak 2019, ujian pertengahan tahun untuk siswa sekolah dasar dihilangkan, berfokus pada pembelajaran daripada kompetisi nilai.
Di akhir sekolah dasar, semua siswa mengikuti Primary School Leaving Examination (PSLE) dalam empat mata pelajaran: Bahasa Inggris, matematika, sains, dan bahasa ibu. Penilaian di PSLE akan berbasis pada kinerja individu, bukan perbandingan antar siswa, untuk membantu menentukan jalur pendidikan lanjutan.
Pada tingkat menengah, siswa mengikuti ujian berbasis mata pelajaran sesuai dengan jalur yang mereka pilih. Sebagai contoh, setelah empat tahun, siswa di program Express mengikuti ujian O-level, sementara siswa di program Normal mengikuti ujian N-level. Untuk yang ingin melanjutkan ke universitas, ujian A-level diadakan setelah dua tahun belajar lebih lanjut.
Kesimpulan: Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Sahabat, kita semua tahu bahwa setiap negara punya cara yang unik dalam merancang sistem pendidikannya. Kurikulum Singapura, misalnya, sangat terstruktur dan fokus tidak hanya pada pengetahuan akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan praktis yang relevan dengan perkembangan zaman. Negara kita, Indonesia, melalui Kurikulum Merdeka juga berusaha untuk lebih fleksibel dan adaptif terhadap perubahan yang ada.
Pada akhirnya, kurikulum terbaik adalah yang bisa mengikuti perkembangan zaman dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Tak bisa dipungkiri, kurikulum harus bisa menyiapkan siswa untuk menghadapi dunia yang serba cepat ini. Jadi, meski Kurikulum Merdeka bisa menjadi langkah maju bagi pendidikan Indonesia, tentunya masih banyak yang perlu dievaluasi dan disesuaikan agar bisa lebih efektif.
Dan bagi kita sebagai orang tua, fokus utama bukan hanya tentang mengikuti perubahan kurikulum saja, tetapi bagaimana kita bisa mendampingi anak-anak dalam belajar. Dukungan orang tua itu sangat penting, Sahabat, karena kita bisa membantu mereka lebih dari sekadar menghafal pelajaran. Kita bisa membimbing mereka agar belajar dengan cara yang menyenangkan, sekaligus mengembangkan keterampilan hidup yang kelak akan berguna di masa depan.
Jadi, yuk kita jadikan pendidikan sebagai proses yang berkelanjutan, dengan kerjasama antara sekolah, orang tua, dan anak-anak kita. Semoga dengan begitu, kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung kemajuan mereka untuk menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga siap menghadapi tantangan hidup.
Referensi
https://www.literacentre.com, Litera Centre, Is there a National Curriculum in the US: A History of US Curriculum, 4 Agustus 2023
https://educationinjapan.wordpress.com, What Is the National Curriculum
ttps://curriculumredesign.org, Erja Vitikka, Leena Krokfors & Elisa Hurmerinta, The Finnish National Core Curriculum : Structure and Development
https://assets.publishing.service.gov.uk, The National Curriculum of England
0 Comments