7 Cara Melawan Kekerasan Verbal, Kamu Jahat!

Kekerasan Verbal


Masih ingat kasus viral selebriti dangdut yang melaporkan suaminya ke polisi akibat KDRT yang dialami? Endingnya mungkin tidak sesuai harapan banyak orang karena si korban mencabut laporan.

Tapi, gara-gara kasus ini kemudian banyak yang berusaha memberi semangat dan masukan agar tidak ada lagi KDRT pada Wanita. Andien, salah satu penyanyi ternama Indonesia ini juga blak-blakan memberikan komentar dan pengalamannya tentang kekerasan yang dialaminya saat masih bersama si pacar.

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)

Sahabat tahu, apakah KDRT itu? Kekerasan dalam rumah tangga adalah pola perilaku pemaksaan dan pengendalian yang digunakan seseorang untuk mempertahankan kekuasaan dan kendali atas pasangan intimnya. Faktanya, siapa pun dapat menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga tanpa memandang jenis kelamin, ras, usia, orientasi seksual, keyakinan agama, dan status sosial atau ekonomi.

KDRT, terutama pada wanita adalah sebuah masalah yang tidak bisa dianggap sepele. Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PPPA), jumlah kasus kekerasan terhadap  wanita sepanjang tahun 2021 sebanyak 10.247 kasus. Korbannya mencapai 10.368 orang.

Artinya, rata-rata dalam sehari dilaporkan 102 kasus kekerasan terhadap wanita. Mengerikan!

Yang lebih parah lagi, tidak semua korban merasa bahwa ia adalah korban kekerasan, terutama yang sudah berumah tangga. KDRT tidak melulu berkutat pada hantaman dan pukulan fisik loh.

Ternyata kekerasan juga bisa berupa kekerasan verbal yang tidak bisa dilihat bekas perbuatannya. Yes, kekerasan verbal dalam rumah tangga itu termasuk KDRT ya. Mari belajar bersama tentang kekerasan verbal dan bagaimana hal ini bisa dilawan.

KDRT dan Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal seringkali dianggap tidak apa-apa oleh korban karena tidak meninggalkan bekas fisik. Kekerasan verbal adalah jenis kekerasan emosional. Contohnya, saat seseorang menggunakan kata-katanya untuk menyerang, mendominasi, mengejek, memanipulasi, dan/atau merendahkan orang lain dan berdampak negatif terhadap kesehatan psikologis orang tersebut.

Kekerasan verbal adalah sebuah sarana yang digunakan pelaku untuk mengendalikan dan mempertahankan kekuasaan atas orang lain. Pelaku selalu menyangkal perilakunya, menggunakan nama panggilan untuk korbannya (tentu dengan nama yang merendahkan orang lain), atau mengancam korbannya. Bahkan, guyonan yang menyakitkan pun adalah contoh sebuah kekerasan verbal.

Sahabat, umumnya orang beranggapan bahwa jika mereka dilecehkan secara verbal, maka hal itu akan mudah dideteksi sendiri. Nyatanya, ada banyak kekerasan verbal yang tidak disadari oleh korban. Beberapa orang yang rutin dilecehkan secara verbal pun tidak menyadari bahwa itu sedang terjadi.

Kekerasan verbal dapat terjadi dalam semua jenis hubungan: hubungan romantis antarpasangan, hubungan orang tua-anak, hubungan keluarga, dan hubungan rekan kerja. Kekerasan verbal terkadang mendahului kekerasan fisik; Namun, hal ini tidak selalu terjadi. Kekerasan verbal dapat terjadi tanpa kekerasan fisik. Efek kekerasan verbal bisa sama merusaknya dengan efek kekerasan fisik

7 Cara Menanggapi Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal sangat menyakitkan, terutama jika Sahabat tidak tahu cara menanganinya secara efektif. Ingat bahwa pelaku kekerasan verbal seringkali tidak rasional dan tidak masuk akal.

Kata-kata penuh permusuhan yang dilontarkan, tidak ada kaitannya denga napa yang ingin diutarakan pelaku. Intinya hanya tentang bagaimana pelaku bisa mendapat kekuasaan dan kendali atas korban. Penting kiranya bagi Sahabat untuk memelajari cara menanggapi kekerasan verbal dapat mengubah arah serangan dan membantu korban kekerasan verbal mendapatkan kembali kekuatannya.

Cari tahu cara-cara melawan kekerasan vebral berikut ya

1. Cuekin Saja

Mengabaikan kekerasan verbal mungkin terdengar seperti nasihat yang tidak realistis. Bagaimana bisa kita mengabaikan seseorang yang berteriak di depan muka atau memberi julukan nama yang membuat Sahabat ingin memukul osi Jahat itu? Percaya atau tidak, mengabaikan serangan sangat efektif karena pelaku kekerasan verbal akan makin semangat dan menaikkan eskalasi penuh kebenciannya saat korbannya merespons.

Tujuan utama si Jahat adalah untuk menyakiti Sahabat. Jika Sahabat tampaknya acuh tak acuh, itu akan membuatnya “lemah” dan membuat pelaku tidak mendapatkan hasil yang diinginkan. Sudah semangat mengata-ngatai, tapi sasarannya cuek saja. Manyun kan dia jadinya.

2. Jangan emosional.

Sekali lagi – ini memang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menangis, berteriak, marah, dan respons emosional lainnya adalah yang diinginkan pelaku kekerasan. Jangan berikan reaksi ini pada si Jahat.

Daripada menangis ketika Sahabat terluka oleh sesuatu yang dia katakan, cobalah untuk fokus pada betapa buruknya dia memperlakukan orang. Coba ubah persepsi Sahabat tentang apa yang terjadi, ini bermanfaat untuk membuat Sahabat tidak tersinggung.

3. Buat batasan.

Batasan yang dimaksud adalah menentukan sampai sejauh mana seseorang bisa mengatakan sesuatu pada Sahabat. Misal, dengan mengatakan tidak akan menanggapi jika pelaku tidak mengecilkan suara. Katakan, "Saya tidak akan menanggapimu jika kamu membentak saya, tolong kecilkan suaramu." atau "Jika kamu terus memanggil saya dengan nama julukan, percakapan ini selesai.

Membuat batasan pada awalnya, sulit tetapi dengan keberanian dan konsistensi, ini bisa sangat efektif. Tidak hanya berpotensi mengubah perlakuan orang lain terhadap Sahabat, tetapi juga mengubah tingkat kepercayaan diri dan harga diri Sahabat sendiri. Latihan ini akan membantu Sahabat mengembangkan rasa harga diri.

4. Beri waktu.

Dinginkan suasana hati Sahabat sebelum bertindak. Dengan mendinginkan pikiran, maka Sahabat akan bisa mengolah kata dan memberikan tanggapan yang lebih rasional daripada emosional. Sahabat dapat mengatakan sesuatu seperti, "Kita berdua sedang kesal sekarang, beri waktu untuk menenangkan diri dulu lalu kita bahas lagi nanti. Marah terus tidak akan menuntaskan masalah in.”

5. Jangan Memperparah Situasi

Jangan menambahkan bahan bakar ke api. Jangan menanggapi teriakan dengan teriakan atau ejekan nama dibalas dengan ejekan juga. Ketika seseorang mengeluarkan semua kegilaannya, tetaplah tenang, tenang, dan kuasai diri.

Menanggapi orang emosional dengan emosi sama tingginya hanya akan meningkatkan konflik ke tingkat yang tidak perlu. Baru ketika si Jahat bicara tenang, Sahabat bernada tinggi. Dia mungkin menyadari betapa agresifnya dia berperilaku dan itu akan membantu menurunkan masalah ke tingkat yang lebih masuk akal.

6. Antisipasi dan hindari.

Dalam hubungan yang mengandung kekerasan verbal, ada hubungan akrab antara pelaku dan korban yang memiliki siklus kekerasan secara berulang. Jika Sahabat jadi korban, kenali kapan serangan kasar akan datang.

Jika sudah berulang kali etrjadi, Sahabat pasti bisa merasakan permusuhan meningkat dan tahu apa yang membuat pelaku marah. Jika ini masalahnya, dan Sahabat tahu akan terjadi pertengkaran di masa mendatang, hindarilah. Lakukan kegiatan apapun di luar lingkungan pelaku untuk menghindari lingkungan yang tidak sehat dan pemarah ini. Sahabat bisa mengunjungi anggota keluarga, lembur di tempat kerja, bawa anak-anak keluar, lakukan apa pun yang perlu Sahabat lakukan untuk menghindari lingkungan yang mudah meledak sampai semuanya tenang.

7. Berdiri kuat di kaki sendiri.

Ada cara yang tenang dan rasional bagi seseorang untuk membela dirinya sendiri tanpa menjadi emosional atau bermusuhan. Temukan cara untuk bersikap tegas dan percaya diri. Jika seseorang merendahkan dan meremehkan Sahabat, tidak apa-apa untuk mengatakan, "Hal-hal itu tidak benar dan tidak dapat diterima untuk mengatakan itu kepada saya." atau "Jangan berbicara seperti itu kepada saya, saya jauh lebih berharga daripada ucapanmu."

Tidak mudah memang untuk menerapkan cara-cara ini karena butuh keberanian dan juga kontrol diri yang baik. Tapi, demi melawan semua kekerasan yang menyakitkan hati, mengapa tidak belajar mengenali bentuk kekerasan verbal dan berani berdiri kuat untuk melawan perilaku buruk si pelaku.

Yuk berani melawan si Jahat, pelaku kekerasan verbal. 



Referensi

www.healthyplace.com
https://www.verywellmind.com/

Post a Comment

0 Comments

advertise