Sahabat, saya curhat dong.
Sedih banget karena sudah beberapa hari ini dua
anak saya sakit. Yang paling mengaduk emosi adalah si sulung. Dia kembali di mode
mogok makan, mau makan saat ada ponsel, dan tantrum saat akses ke ponsel tidak
lagi ada.
Saya berusaha keukeuh tidak memberikan ponsel lagi
akibatnya dia mogok makan disertai tantrum parah. Masalah sebenarnya bukan
hanya ini, tantrumnya anak membuat seisi rumah ikutan stres.
Mendengar raungan tangis dan rewelnya si kakak
mungkin biasa buat saya, walau sudah rasanya beberapa kali sudah mencapai
tingkat maksimal. Buat ayahnya tentu ini bukan hal yang mudah. Yang ada
kemarahan disertai bunyi gebrakan sana sini yang berujung tangisan makin keras.
Ya, menjadi orang tua bisa membuat patah hati,
apalagi saat merasa gagal dalam mengasuh anak, contohnya ya seperti apa yang
saya alami hari ini. Terkadang semuanya tampak begitu sia-sia. Padahal jika melihat ke kamar kenangan antara saya dan anak, sudah banyak masa-masa indah dan berat yang berhasil dilewati, tapi ya...masih saja terasa sangat sulit ujian di depan.
Gagal Sebagai Orang Tua
Jujur, saya sering merasa gagal sebagai orang tua,
Saya sering mempertanyakan semua keputusan, bertanya-tanya apakah itu salah
saya, dan endingnya hanya mengetahui bahwa itu adalah kesalahan saya pribadi
meskipun saya tahu sebenarnya bukan.
Seiring bertambahnya usia si sulung saya, saya
memiliki lebih banyak keraguan tentang keputusan pengasuhan saya. Ada saat-saat
saya ingin lebih keras terhadapnya, saat-saat saya tahu saya harus melunak, dan
menemukan keseimbangan yang tepat tidak selalu mudah.
Memiliki gelar magister dalam pendidikan malah membuat
saya merasa lebih buruk – saya berkata pada diri sendiri bahwa saya harus tahu
persis apa yang harus dilakukan tetapi saya tidak melakukannya. Tidak selalu.
Yang benar adalah, menjadi orang tua itu sulit bagi semua orang.
Hal tersulit tentang mengasuh anak mungkin adalah
selalu merasa itu adalah kesalahan diri kita sendiri. Misalnya, ketika Sahabat
seharusnya melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda, atau Sahabat seharusnya
tahu persis apa yang harus dilakukan. Perasaan bersalah lainnya adalah ketika Sahabat
merasa pasti telah melakukan sesuatu yang salah.
Ternyata, hampir setiap ibu pernah merasa gagal
sebagai orang tua. Ibu cenderung memiliki perasaan ini lebih dari ayah,
begitulah adanya. Ngga heran saya pun merasa stres luar biasa dan suami biasa
saja moodnya. Kok bisa ya? Well, ini natural alias proses alami saja.
Faktanya, ada banyak hal yang bisa membuat kita
merasa gagal sebagai orang tua. Kegagalan tersebut bisa saja dirasakan jika:
- Sahabat tidak berbuat secukupnya
- Sahabat sudah berbuat terlalu banyak
- Sahabat tidak tahu harus berbuat apa
- Sahabat tidak ingin berada di dekat anak S lagi, dan itu membuat Sahabat merasa seperti orang tua yang gagal
- Sahabat seharusnya membuat keputusan yang lebih baik
- Sahabat telah masuk ke siklus negatif dan seperti tidak bisa lepas dari siklus ini
- Apapun yang Sahabat lakukan tidak pernah cukup
- Semuanya berjalan salah dan segalanya hanya bisa menjadi lebih buruk
- Sahabat bukan orang tua yang “cukup baik”
- Menganggap orang tua lain lebih baik dalam mengasuh anak dan akan tahu persis apa yang harus dilakukan dalam situasi kita
Alasan Merasa Gagal Sebagai Orang Tua
Ternyata, ada alasan yang agak umum di balik
perasaan gagal dalam mengasuh anak. Berikut adalah beberapa di antaranya
1) Merasa tidak didengar
2) Merasa tidak dihargai
3) Merasa tidak dicintai
4) Merasa tidak kompeten
5) Merasa seperti anak sendiri tak sebanding
dengan anak-anak lain
6) Merasa seperti kita tidak cukup hadir
Ternyata ini semua adalah perasaan yang umum dirasakan
oleh orang tua, terutama para ibu.
Jadi, kegalauan saya juga wajar dirasakan oleh para
ibu sedunia. Lalu bagaimana cara mengatasinya? Saya seperti merasa kurang sehat
secara mental gara-gara masalah ini. Wah, kesehatan mental harus terus dijaga
loh, iya saya setuju. Ibu yang ngga Bahagia anaknya pun bakal moody, ya kan?
Cara Jadi Ibu Bahagia Anti Puyeng
Lalu, cara biar selalu waras apa dong?
Rayakan Momen Sukses
Sahabat, ketika kita merasa gagal sebagai orang tua ternyata isi
pikiran kita ya hanya semua hal negatif. Ternyata kita juga memiliki prestasi
dan meskipun itu mungkin tampak kecil dibandingkan dengan orang tua lain, itu
tetaplah prestasi.
Buat daftar apa saja yang sudah berhasil dicapai,
seremeh apapun. Tuliskan prestasi Sahabat. Pikirkan tentang hal-hal yang Sahabat
lakukan dengan lebih baik sekarang dan betapa buruknya dulu di awal mula.
Pikirkan saja segala hal yang sudah berubah menjadi lebih baik sekarang. itupun
sebuah prestasi loh.
Jangan Mencoba Menjadi Orang Tua Yang Sempurna
Adalah normal untuk merasa khawatir tentang kebahagiaan
dan kesejahteraan anak-anak kita, Sahabat. Tetapi jangan sampai kita lupa bahwa
keadaan emosional juga mempengaruhi.
Terlepas dari niat terbaik kita dalam mendidik anak, kelelahan, kecemasan, dan stres akan memengaruhi cara menjadi orang tua. Kita semua manusia yang punya batasan. Marah dan capek boleh saja, tapi juga jangan terlampau dipikirkan karena kita manusai biasa yang tidak sempurna.
Anak -anak kita tidak membutuhkan orang tua yang
sempurna. Mereka membutuhkan orang tua yang menyadari kekuatan dan kelemahan
mereka. Mereka membutuhkan orang tua yang leboh bisa memgontrol emosi, mau
meminta maaf, dan mau menemani anak di masa senang maupun susah. Hiks banget
deh tahu yang seperti ini.
Lepaskan belenggu yang mengikat
Rasa bersalah adalah hal yang mengerikan, karena itu tetap ada dan membuat kita jadi ragu akan apa yang harus dilakukan. Dengan kata lain, Sahabat cenderung merasa bersalah dan "seperti gagal mengasuh anak" jika tidak memenuhi standar yang bahkan mungkin tidak disadari
Jika Sahabat ingin tidak merasa gagal, tentukan dengan
jelas apa yang benar-benar penting bagi Sahabat. Apa yang akan membuat Sahabat
merasa lebih baik tentang diri sendiri? Menerima lebih banyak rasa hormat dari
anak-anak? Mampu menghabiskan lebih banyak waktu sebagai sebuah keluarga? Atau mungkin
membuat anak-anak lebih enurut tanpa membuat Sahabat berteriak-teriak?
Setelah Sahabat jelas tentang nilai-nilai Sahabat,
akan lebih mudah untuk mengidentifikasi hal-hal yang Sahabat harapkan karena ini
yang benar-benar diharapkan dan diinginkan.
Diri Sendiri Prioritas nomer 1
Siapa yang ngga punya waktu memgurus diri sendiri
karena sibuk luar biasa dan anak adalah prioritas pertama di atas segalanya?
Hari ini pun saya ngga mandi saking sibuknya. Padahal seharusnya diri sendiri
tetap menjadi prioritas nomer 1.
Ini semata untuk menjaga kesehatan mental ya Sahabat. Perawatan
diri bukanlah tindakan egois dalam hal mengasuh anak. Jika Sahabat tidak berada
dalam daftar prioritas, maka Sahabat
akhirnya akan merasa stres, lelah, dan tidak berdaya. Ketika Sahabat merawat
diri sendiri, Sahabat akan lebih mudah mengurus orang lain. Itulah mengapa
penting untuk menjadwalkan “me time” untuk diri sendiri setiap hari.
Nah, menciptakan keluarga yang sehat berisi anak-anak
sehat tetunya berawal dari ibu yang sehat secara fisik dan mental juga. Proses menyehatkan
diri dan menjaga kesehatan mental ini adalah kegiatan yang harus terus
dilakukan. Semanagt terus menjadi ibu yang Bahagia dan sehat lahir batin ya
Sahabat.
7 Comments
Duuuh baca ini aku jadi serasa ngaca. Apa yang ditulis di sini adalah kegalauan yang aku rasakan juga. Terkadang rasa gagal menjadi orang tua itu datang dan terasa menghantui. Jadi orang tua itu memang tak henti-hentinya belajar ya. Semoga kita semua ada dalam kondisi fisik Dan mental terbaik dalam mengasuh dan mendidik anak
ReplyDeleteHiks...tos Mba. Tapi beginilah ujian hidup ya, kita semua sedang melangkah menuju sebuah kesuksesan (aamiin), tapi ya itu...lulus ujian dulu deh :)
DeleteSetuju sih. Diri sendiri nomor 1. Aku lagi ada di fase ini nih, dimana mulai self love agar bisa memberikan cinta juga pada anak-anak yang utuh....
ReplyDeleteKarena ibu yang bahagia menghasilkan anak-anak yang bahagia pula, ya kan Mba? :)
DeleteMbaaa, tetap semangat ya walau mungkin tidak mudah menjadi ibu rumah tangga. Terkadang seorang Ibu harus meluangkan waktu untuk me time sendiri.
ReplyDeleteSemangaaat...hugs hugs
DeleteBenar banget Mbak, setiap orang tua terutama ibu pasti pernah atau bahkan kerap merasa bersalah terhadap anaknya. Tapi kalau dipikir2 sebenarnya itu hal yang wajar karena seorang ibu juga manusia dan pasti pernah berbuat khilaf. Hanya saja jangan sampai perasaan tersebut bikin kita jadi stress bahkan depresi karena efeknya seperti yang sudah dijelaskan di atas bahaya huat kesehatan mental kita. So semangat buat para ibu, tak apa kita bukan ibu yang sempurna yang penting kita tetap berusaha menjadi ibu yang baik untuk anak2 kita
ReplyDelete